
Posted by : Haniyah, Jakarta, 9 Agustus 2009.
Rendra dan Karya-karyanya
1. Kumpulan Puisi
1) Ballada Orang-orang Tercinta (1957)
2) 4 Kumpulan Sajak (1961)
3) Blues untuk Bonnie (1971)
4) Sajak-sajak Sepatu Tua (kumpulan sajak, 1972)
5. Nyanyian Orang Urakan (1985)
6) Potert Pembangunan dalam Puisi (1983)
7) Disebabkan oleh Angin (1993)
8) Orang-orang Rangkasbitung (1993)
1) Orang-orang di Tikungan Jalan (1954)
2) Selamatan Anak Cucu Sulaiman (1967)
3) Mastodon dan Burung Kondor (1972)
4) Kisah Perjuangan Suku Naga (1975)
5) SEKDA (1977)
6) Panembahan Reso (1986)
4. Kumpulan Esai : Mempertimbangkan Tradisi (1983)
1) The Ritual of The Solomon’s Children by Rendra
2) Odipus Rex – Sophocles
3) Waiting for Godot – Samuel Beckett
4) Qasidah Barzanji – Al-Barzanji, scenario by Rendra
5) Hamlet – W. Shakespeare
6) Macbeth – W. Shakespeare
7) The Prince of Homburg – Heirinch von Kleist
8) Mastodon and The Condors – Rendra
9) Antigone – Sophocles
10) Oidipus in Colonus – Sophocles
11) Lysistrata – Aristphanuso
12) The Struggle of the Naga Tribe – Rendra
13) Egmont – Goethe
14) Caucasian Chalk Circle – Bertolt Brecht
15) The Robber – F. Schiller
16) The Governor Secretary – Rendra
17) Lord Reso – Rendra
18) The Diary of a Scoundrell – A. Ostrovsky
Puisi Rendra
Lelaki yang luka
Biarkan ia pergi, Mama!
Akan disatukan dirinya
Dengan angin gunung.
Sempoyongan tubuh kerbau
Menyobek perut sepi.
Dan wajah para bunda
Bagai bulan redup putih.
Ajal! Ajal!
Betapa pulas tidurnya
Di relung pengap dalam!
Siapa akan diserunya?
Siapa leluhurnya?
Lelaki yang luka
Melekat di punggung kuda.
Tiada sumur bagai lukanya.
Tiada dalam bagai pedihnya.
Dan asap belerang
Menyapu kedua mata.
Betapa kan dikenalnya bulan?
Betapa kan bisa menyusu dari awan?
Lelaki yang luka
Tiada tahu kata dan bunga.
Pergilah lelaki yang luka
Tiada berarah, anak dari angin.
Tiada tahu siapa dirinya
Didaki segala gunung tua.
Siapa kan beri akhir padanya?
Menapak kaki-kaki kuda
Menapak atas dada-dada bunda.
Lelaki yang luka
Biarkan ia pergi, Mama!
Meratap di tempat-tempat sepi.
Dan di dada:
Betapa parahnya.
Puisi Rendra, 1992
Ya, Allah
Di dalam masa yang sulit ini,
di dalam ketenangan
yang beku dan tegang,
di dalam kejenuhan
yang bisa meledak menjadi keedanan,
aku merasa ada muslihat
yang tak jelas juntrungannya.
Ya, Allah.
Aku bersujud kepada-Mu.
Lindungilah anak cucuku.
Lindungilah mereka
dari kesabaran
yang menjelma menjadi kelesuan, dari rasa tak berdaya
yang kehilangan cita-cita
Ya, Allah.
Demi ketegasan mengambil risiko
ada bangsa yang dimesin-kan
atau di-zombie-kan.
Ada juga yang di-fosil-kan
atau di-antik-kan.
Uang kertas menjadi topi
bagi kepala yang berisi jerami.
Reaktor nuklir menjadi tempat ibadah
dimana bersujud kepala-kepala hampa
yang disumpal bantal tua.
Kemakmuran lebih dihargai
dari kesejahteraan.
Dan kekuasaan
menggantikan kebenaran.
Ya, Allah.
Lindungilah anak cucuku.
Lindungilah mereka
dari berhala janji-janji,
dari hiburan yang dikeramatkan,
dari iklan yang dimythoskan,
dan dari sikap mata gelap
yang diserap tulang kosong
Ya, Allah
Seorang anak muda
bertanya kepada temnnya :
“Ke mana kita pergi?”
Dan temannya menjawab :
“Ke mana saja
Asal jangan berpikir untuk pulang.”
Daging tidak punya tulang
untuk bertaut.
Angina bertiup
menerbangkan catatan alamat.
Dan rambu-rambu di jalan
sudah dirusak orang.
Ya, Allah
Lindungilah anak cucuku.
Lindungilah mereka
dari kejahatan lelucon
tentang Chernobyl dan Hirosima,
dari heroin
yang diserap lewat ciuman,
dari itikad buruk
yang dibungkus kertas kado,
dan dari ancaman tanpa makna.
Ya, Allah
Kami dengan cemas menunggu
kedatangan burung dara
yang membawa ranting zaitun.
Di kaki bianglala
leluhur kami bersujud dan berdoa.
Isinya persis seperti doaku ini.
Lindungilah anak cucuku.
Lindungilah daya hidup mereka.
Lindungilah daya cipta mereka.
Ya, Allah, satu-satunya Tuhan kami.
Sumber dari hidup kami ini.
Kuasa Yang Tanda Tandingan
Tempat tumpuan dan gantungan.
Tak ada samanya
Di seluruh semesta raya.
Allah! Allah! Allah! Allah!
Sumber :
- Sastrawan Indonesia (Rendra), Pusat Pembinaan dan Pengembangan Bahasa, Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, Rawamangun,Jakarta, 1996.
- Ballada Orang-orang Tercinta, Rendra, Pustaka Jaya, 2000.
- Kembalikan Indonesia Padaku (Puisi dan Cerpen), Sastrawan Bicara-Siswa Bertanya, Majalah Sastra Horison, 2000.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
email