Kamis, 03 September 2009

BU KASUR


BU KASUR

Posted by haniyah, Jakarta, 04/09/09, dari Ensiklopedi Tokoh Indonesia



Siapa tak kenal nama Bu Kasur. Pengarang lagu anak-anak yang legendaris dan tokoh pendidikan anak. Ibu yang bernama asli Sandiah ini meninggal dunia dalam usia 76 tahun hari Selasa (22/10/02) sekitar pukul 16.00 di Rumah Sakit (RS) Cikini Jakarta, meninggalkan lima anak dan 12 cucu. Namun, nama dan karyanya tepat hidup dan sudah menjadi sebuah legenda dalam dunia pendidikan anak. Sandiah mulai dikenal sebagai Ibu Kasur setelah mengasuh Taman Putra dan Taman Pemuda di Jakarta bersama suaminya, Pak Kasur. Mereka menikah ketika mengungsi di Jogjakarta pada 29 Juli 1946. Panggilan Kasur berasal dari kata Kak Sur, sebutan akrab Pak Kasur yang bernama asli Suryono. Ibu Kasur tamatan Meer Uitgebreid Lager Onderwijs (MULO) di akhir tahun 1930-an. Setelah Pak Kasur meninggal, lembaga pendidikan anak itu berubah menjadi TK Mini Pak Kasur tahun 1968 yang kini mempunyai lima cabang di kawasan Jabotabek, yaitu di Cikini, Cipinang, dan Pasar Minggu (ketiganya di Jakarta), serta di Kemang (Bekasi), dan Banjar Wijaya (Tangerang). Jenazah almarhumah disemayamkan di rumah duka, Jalan Cikini V, Jakarta Pusat. Rumah yang didiami Ibu Kasur tersebut sekaligus menjadi Taman Kanak-kanak (TK) Mini Pak Kasur yang dikelola almarhumah sejak tahun 1968 bersama Pak Kasur-yang meninggal pada tahun 1992. Dikebumikan di Kaliori, Purwokerto, Jawa Tengah, Rabu 23/10/02. Almarhumah mengidap penyakit gula dan darah tinggi. Sampai menjelang akhir hayat, Ibu Kasur selalu ingin mendidik anak-anak. Meski belakangan tidak lagi langsung mengajar, namun masih selalu secara rutin mengunjungi TK Mini Pak Kasur. Ia selalu akrab dengan anak-anak. Selalu mengajak tos kepada anak-anak untuk memberi salam. Kamis sepekan sebelum meninggal, Ibu Kasur masih menemani anak-anak dari lima cabang TK Mini Pak Kasur bertamasya ke Taman Safari, Cisarua, Jawa Barat. Ia masih tampak berseri-seri mengikuti acara dan sempat berfoto bersama, meski harus duduk di kursi roda. Ia terlihat gembira dengan wajah cerah. Sama sekali tidak terlihat lelah. Besoknya, Jumat siang, masih mengikuti acara presentasi produk obat dengan tema "Sehat di Hari Tua" di Hotel Ambhara Jakarta. Minggu malam, juga masih menghadiri perjamuan perkawinan Guruh Soekarnoputra-Sabina. Sebagian besar hidup tokoh pendidikan anak kelahiran Jakarta 16 Januari 1926 ini tercurah pada anak-anak. Selain mencipta lagu dan tampil di berbagai panggung acara televisi dan siaran radio, ia juga mengelola lima Taman Kanak-kanak "Mini" Pak Kasur yang berlokasi di kawasan Cikini (sekaligus rumah tinggal Bu Kasur), Cipinang Indah, Pasarminggu, Kemang Pratama di Jakarta, dan Banjar Tangerang. Sudah banyak alumninya yang sudah menjadi orang besar. Diantaranya Presiden Megawati, Guruh dan Hayono Isman (mantan Menpora) serta Ateng (pelawak). Juga hampir seluruh cucu bahkan cicit H.M. Soeharto, mantan presiden, sekolah di TK Mini Pak Kasur. TK Mini berdiri sejak 1965 setelah Pak Kasur bersama keluarganya pindah ke Jakarta dari Bandung. Pada 1968 Pak Kasur purnakarya dari Depdikbud dalam kapasitasnya sebagai anggota Badan Sensor Film (BSF), Semula TK itu berada di rumahnya di Jln. H. Agus Salim dengan Taman Kanak-kanak, Taman Putera, dan Taman Pemuda. Namun, Taman Putera dan Taman Pemuda tidak dikembangkan, bahkan ditutup. Untuk menampung anak-anak dari berbagai kelompok umur, TK Mini dibagi dalam tiga jenjang, yaitu "Parkit" untuk anak usia tiga tahun, "Kutilang" untuk anak empat tahun, dan "Cendrawasih" untuk anak lima tahun. Bu Kasur tidak menganal kata bosan berkecimpung dalam dunia pendidikan dasar anak-anak. Menurutnya, ada kenikmatan tersendiri ketika mengamati bagaimana anak-anak itu berkembang dari hari ke hari. Kelucuan, kepolosan anak-anak membuatnya lebih 'hidup'. Tidak jarang Bu Kasur mendapatkan persepsi keliru dari orang tua murid tentang cara dia mengajar. Suatu ketika, di lantai kelas ia menebarkan permen dengan perintah agar anak-anak memunguti permen itu sebanyak-banyaknya. Anak-anak pun kontan berebut. "Tahu-tahu ada ibu yang menunggui anaknya sekolah nyeletuk, 'Jangan ikut rebutan permen itu, nanti pulang sekolah ibu belikan coklat.' "Waduh! Lalu saya jelaskan pada si ibu bahwa apa yang saya lakukan itu untuk melakukan observasi, dan hasilnya nanti akan saya pakai sebagai bahan untuk mengembangkan sifat-sifat positif anak. Ketika anak-anak mendapat perintah untuk mengumpulkan permen sebanyak-banyaknya, ada yang mengambil satu-dua, balik lagi, ambil lagi. Tapi ada yang kerjanya efisien dengan meraup sebanyak-banyaknya, lalu ditaruh di ujung kemejanya, baru diletakkan di meja saya. Dari situlah saya melakukan observasi," terang Bu Kasur. Ia juga mengatakan, sistem belajar sambil bermain bisa mendeteksi secara dini kalau ada kelainan kejiwaan seperti fobi ketinggian, fobi lingkungan, atau kelainan buta warna pada anak. Bahasa Inggris juga diajarkan di sekolah TK Mini. Namun, itu sekadar pengenalan sifatnya. "Hanya seminggu sekali dalam satu jam. Tujuannya agar anak terbiasa mendengar bahasa yang lain dari bahasa ibunya. Biasanya diajarkan lewat lagu. Kalau lagunya hafal, lama-lama artinya juga. Lagu-lagu Pak Kasur pun tetap dipakai, karena lagu-lagu Bapak berpengetahuan," kata Bu Kasur. Pada tahun 1950-an, bersama Pak Kasur, almarhumah mengasuh siaran anak-anak di RRI Jakarta. Ketika TVRI berdiri pada tahun 1962, Ibu Kasur mengasuh acara serupa, yaitu Arena Anak-anak dan Mengenal Tanah Airku. Pada awal tahun 1970-an, Ibu Kasur dikenal sebagai pengasuh acara Taman Indria di TVRI. Ketika televisi swasta muncul, almarhumah juga hadir di acara Hip Hip Ceria di RCTI. Seperti halnya Pak Kasur, Ibu Kasur juga dikenal sebagai pencipta lagu. Di antara lagu ciptaan almarhumah yang terkenal sampai sekarang adalah Kucingku, Bertepuk Tangan, dan Main Sembunyi. Sekadar mengingatkan, inilah lirik awal lagu Main Sembunyi : ... Siapa itu di belakang pintu/ sedang sembunyi/ perutnya gendut, hidungnya mancung/ Tentu si Honi. Belakangan, dalam kaset lagu anak-anak dari Ibu Kasur, nama Honi berubah menjadi Dodi. Dan, rupanya nama dalam lagu itu bisa berubah sesuai dengan situasi. Asal tahu saja, nama Honi diambil dari murid Ibu Kasur yang kini berprofesi sebagai dokter di Jakarta. Tak seberapa banyak memang karya lagu ciptaan Bu Kasur dibandingkan dengan karya-karya suaminya yang mencapai sekitar 140 lagu. Apalagi di usianya yang sudah kepala tujuh (lahir 16 Januari 1926 di Jakarta), ia nyaris tidak lagi memproduksi lagu. Untuk ukuran wanita seusianya, Bu Kasur masih tergolong cukup energik; menerima tetamunya yang hampir tiap hari mengalir ke rumahnya, terutama orang tua murid; masih giat mengikuti pelbagai acara (seperti berdarmawisata) yang diselenggarakan oleh sejumlah Taman Kanak-kanak di bawah Yayasan Setia Balita yang dipimpinnya. Ia juga menjadi pembicara seminar di berbagai tempat, atau menjadi juri di pelbagai lomba kreativitas maupun menyanyi lagu anak-anak. Senyumnya yang khas mengembang saat pikirannya menerawang ke masa hampir empat puluh tahun lalu ketika wanita itu masih membawakan acara Taman Indria, Arena Anak-anak, dan Mengenal Tanah Air di TVRI. Bu Kasur memang dikenal karena mengasuh sejumlah acara anak-anak di televisi dan juga radio. Dunia anak-anak sepertinya tak bisa lepas dari kehidupan Bu Kasur dan juga suaminya. Dengan penuh kesabaran dan ketulusan, pasangan suami-istri itu membimbing anak-anak belajar sambil bermain. Juga bernyanyi! Belajar sambil bermain, bermain sambil belajar. Itulah kata kunci yang melandasi pola pikir dan pola tindak yang senantiasa dihayati dan dilaksanakan hingga sekarang dalam mengelola sekolah Taman Kanak-kanaknya.
>

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

email